
Bima adalah anak kedua dari Pandu dengan Kunthi lewat anugrah dari Dewa Bayu. Ia adalah adik dari Dewa Hanuman karena mempunyai bapak yang sama. Ia sangat kuat dan tangguh. Saat masa perguruan Pandawa dan Kurawa di guru Drona, Bima adalah murid yang paling kuat dan tangguh dalam memainkan gadanya. Ia dilatih oleh Baladewa/Balaram (Kakak dari Krisna) di perguruan Soka lima bersama Duryudana dalam memahirkan ketrampilan bermain gada. Saat perguruan telah usai, diadakan pertandingan antara Pandawa dengan Kurawa untuk memperebutkan posisi pengeran mahkota Hastina, Bima bertarung dengan Duryudana yang belum terkalahkan. Saat Bima bertarung dengan Duryudana, ia hampir membunuh Duryudana. Ia melukainya dan hampir menyabut kepalanya. Namun Bisma menghentikannya, karena pertarungan ini bukanlah pertempuran, melainkan kompetisi. Saat Pandawa lolos dari kebakaran Warnabrata, Pandawa hidup di hutan yang dihuni oleh raksaksa Hidimba. Bima menantangnya dan dapat mengalahkannya. Namun ia dituntut menikahi adik Hidimba, Hidimbi. Akhirnya ia menikahinya dan mempunyai anak yang bernama Gatotkaca yang menjadi raja Raksaksa yang bijak. Pada saat permainan dadu, Bima sangat marah kepada kakaknya,
Yudistira karena ia berani menggelindingkan dadu itu yang taruhannya adalah Drupadi. Saat itu Bima bersumpah akan membunuh 100 kurawa, mencabik cabik tubuh Dursasana, dan mematahkan paha Duryudana. Saat Pandawa berada didalam pengasingan di hutan, Krisna meminta Bima untuk pergi dan menyenangkan hati dari Dewa Hanuman. Bima pun menurutinya. Ia pergi ke tempat pertapaan Dewa Hanuman. Dia pun akhirnya bertemu dengan sang Dewa. Di dalam pertemuan itu Bima diajarkan oleh Hanuman tentang bagaimana cara berperang yang baik seperti halnya Hanuman dapat membunuh para raksaksa dari Alengka. Hanuman pun memberi doanya kepada Bima dan ia akan tampil di medan pertempuran dalam wujud yang gaib. Bima yang mendengar itu merasa senang. Setelah pengasingan berakhir, segeralah mereka mengadakan perang Bharatayuda. Bima dapat membunuh saudara saudara Duryudana pada hari kesebelas. Pada hari ke 16 ia akan membunuh Dursasana. Ia melemparkan gadanya kearah Dursasana. Seketika itu ia mencabut tangan yang telah menodai kesucian Drupadi dan membelah dada Dursasana. Ia pun lalu meminumnya. Ia memanggil Drupadi untuk hadir dan membasuh rambutnya dengan darah Dursasana. Duryudana yang melihatnya hanya bisa kaget dan tidak bisa apa apa. Pada hari ke 18 ia mengajak duel Duryudana untuk menepati sumpah terakhirnya yaitu melengkapi pembunuhan 100 kurawa. Pertarungan dari ahli gada pun tak terelakan. Masing masing menggunakan kemampuannya dan ketrampilannya. Namun Bima yang telah diberi pengetahuan dari Hanuman sedikit lebih unggul daripada Duryudana. Saat Bima tertekan oleh serangan Duryudana, Krisna mengisyaratkan kepada Bima dengan memegang paha. Lalu dengan cekatan ia menendang paha Duryudana. Setelah Duryudana mendapatkan tendangan tersebut, ia lari dengan sempoyongan. Namun ajal tidak bisa terelakan. Bima melempar gadanya ke arah Duryudana dan ia pun terjatuh. Seketika itu ia lari mengambil gadanya dan memukulkan gadanya kearah paha Duryudana dengan keras dan patahlah paha Duryudana. Duryudana pun menjerit dengan keras karena rasa sakitnya itu. Setelah pertarungan berakhir Pandawa kembali ke Hastina untuk merebut tahta kerajaan itu. Drestarasta yang marah kepada Bima karena telah membunuh semua anaknya ingin membunuh Bima dengan memeluknya dengan keras. Namun hal itu diketahui oleh Krisna. Bima diganti dengan sebuah patung dan dipeluklah patung itu oleh Drestarasta dan hancurlah patung itu. Dengan itu nyawa dari Bima terselamatkan.
Baca juga biografi
Yudisitra,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar